Judul Iklan Judul Iklan Judul Iklan Judul Iklan

Rabu, 10 Oktober 2012

Komparasi lampu

Salam Gilmot

Allu Bro saya punya sedikit pengalaman nih mengenai sistem penerangan (Headlight). Berawal ketika saya ingin mendapatkan penerangan lebih dari lampu standar dengan menggantinya ke produk aftermarket. Pada awalnya saya mengira bahwa hanya dengan membeli salah satu produk aftermarket (Halogen) saja, semua akan berjalan sesuai harapan dan bakal tidak ada kendala. Tapi ternyata semua tidak seperti yang diharapkan sehingga saya menganti dengan merek lain, tapi lagi-lagi ada saja masalah yang timbul sampai akhirnya saya memilih untuk menggunakan beberapa buah lampu aftermarket, sebagai alternatif so bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan. Nah berbekal pengalaman ganti2 lampu, saya jadi ingin berbagi dengan rekan2 biker lain yang ingin ganti lampu seperti saya. Berikut ini adalah hasil test dari beberapa lampu yang pernah saya coba :

1. Philips Blue Vision


ini gambar untuk lampu Thunder 125( sebagai ilustrasi)
Warna Kaca : Warna biru 20%
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 35-55 ribu

Kelebihan:
• Warna yang keluar lebih putih dari standard, walaupun warna yang keluar putih, lampu ini masih aman digunakan pada saat hujan, karena warna yang keluar masih memilliki spektrum kekuningan yang bisa menembus hujan dan kabut dan tidak biru seperti bulb Biru kebanyakan, mungkin karena kepekatannya hanya sekitar 15% dibanding kebanyakan lampu dengan kaca biru lainnya ( ± 40%).
• instalasi mudah.
• titik fokus sama dengan standard.

Kekurangan:
• Jika hujan masih kalah dengan standard, karena lebih putih. Tapi masih kelihatan, karena masih ada warna kekuningan.
• perbedaan jarak lampu dekat dan jauh, terlalu

2. Philips Bening
Warna Kaca : Bening
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 20-25 ribu


Kelebihan:
• instalasi mudah.
• Warna yang keluar lebih terang dari standard.

Kekurangan:
• perbedaan jarak lampu dekat dan jauh, terlalu pendek.

3. Mokini Biru
Warna Kaca : Biru 40%
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 15-20 ribu

Kelebihan:
• Warna yang keluar putih kebiruan seperti lampu Xenon.

Kekurangan:
• pancaran cahaya masih kalah dibanding standar.
• Jika hujan cahaya malah cenderung hilang.

4. Mokini Kuning ( Cabe ) seperti lampu Wurth yellow Below
Warna Kaca : Kuning Pelangi
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 15-25 ribu

Kelebihan:
• Cahaya yang keluar berwarna kuning keputihan. Cocok untuk kondisi hujan dan kabut.

Kekurangan:
• untuk kondisi kering masih sedikit kalah dengan lampu standard.

5. AutoVision Kuning


Warna Kaca : Kuning Pelangi
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 25 ribu

Kelebihan:
• warna yg keluar kuning keputihan.
• lampu jauh lebih fokus dan terang, cocok untuk kondisi hujan, jarak lampu dekat dan jauh cukup ideal.

Kekurangan:
lampu dekat lebih menyebar ( kurang fokus ) sehingga kurang terang, mungkin karena bentuk filamen seperti bulb H4 (biasa digunakan di mobil), jadi kurang cocok untuk bentuk reflektor supra fit, sehingga perlu sedikit penyesuaian pada dudukan lampu agar lebih fokus.

6.AutoVision Biru


Warna Kaca : Biru
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 25 ribu

Kelebihan:
• warna yg keluar putih seperti Xenon.
• lampu jauh lebih fokus dan terang.

Kekurangan:
• lampu dekat terlalu menyebar ( kurang fokus ) sehingga kurang terang, mungkin karena bentuk filamen seperti bulb H4 (biasa digunakan di mobil), jadi kurang cocok untuk bentuk reflektor supra fit, sehingga perlu sedikit penyesuaian pada dudukan lampu agar lebih fokus.

7. Xenon Platinum Kuning (Iseki)

Warna Kaca : kuning
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 15 ribu

Kelebihan:
• warna yg keluar kuning keputihan.
• lampu dekat lebih fokus dan terang, pas untuk kondisi hujan.

Kekurangan:
• lampu jauh terlalu menyebar, sehingga kurang terang karena bentuk filamen membentuk setengah lingkaran, bukannya segaris seperti filamen lampu standar.

8. Osram Bening


Warna Kaca : Bening
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 12 ribu

Kelebihan:
• Cahaya yang keluar lebih terang fokus seperti standar.

Kekurangan:
• perbedaan jarak lampu dekat dan jauh terlalu dekat.

9. Osram kuning ( Allseason super)

Warna Kaca : Kuning emas
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 31 ribuan

Kelebihan:
• Cahaya yang keluar lebih terang fokus seperti standar.
• Cocok untuk kondisi hujan dan kabut

Kekurangan:
Masih kalah terang di banding lampu standard
perbedaan jarak lampu dekat dan jauh terlalu dekat.
Instalasi harus membalik soket jauh dekat

10. Osram Bening ( Silverstar )

Warna Kaca : Bening
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 29 ribu

Kelebihan:
• Cahaya yang keluar lebih terang fokus seperti standar.
• Keluaran cahaya lebih putih dari standard

Kekurangan:
perbedaan jarak lampu dekat dan jauh terlalu dekat.
Instalasi harus membalik soket jauh dekat
perbedaan jarak lampu dekat dan jauh terlalu dekat.

11. Osram biru ( Cool blue)


Warna Kaca : biru
Daya : 35W/35W 12 Volt
Gas : Halogen
Harga : Rp. 25 ribu

Kelebihan:
• Warna yang keluar lebih putih dari standard, walaupun warna yang keluar putih, lampu ini masih aman digunakan pada saat hujan, karena warna yang keluar masih memilliki spektrum kekuningan yang bisa menembus hujan dan kabut dan tidak biru seperti bulb Biru kebanyakan, mungkin karena kepekatannya hanya sekitar 15% dibanding kebanyakan lampu dengan kaca biru lainnya ( ± 40%).
• instalasi mudah.
• titik fokus sama dengan standard.

Kekurangan:
• Jika hujan masih kalah dengan standard, karena lebih putih. Tapi masih kelihatan, karena masih ada warna kekuningan.
• perbedaan jarak lampu dekat dan jauh, terlalu



Note: pengetesan dengan Honda New Supra Fit 2006 dengan sistem kelistrikan dan reflektor standar dengan penambahan Halogen Booster ( N9 )

namun melepas lampu senja dan lampu stop ( diganti dengan LED ) dengan asumsi mendapat tambahan daya 3,4W dan 5 W karena rata2 lampu aftermarket berdaya 35w/35w 12v, sedangkan lampu standar berdaya 30w/30w 12v. tempat pengetesan di daerah Bogor dan Puncak dengan cuaca yang berbeda-beda “kondisi cerah, Hujan sedang, hujan lebat, bahkan kabut”.

Kesimpulan: Dari beberapa lampu yang telah saya gunakan, lampu dengan kaca berwarna biru memang kelihatannya lebih terang, karena keluaran cahayanya terlihat putih. Tapi ini justru menjadi kekurangan lampu dengan kaca berwarna biru, karena warna putih yang keluar cenderung hilang ketika digunakan pada saat hujan, dan silau bagi pengendara yang berlawanan arah, kecuali merek Phillips BlueVision dan Osram Cool Blue yang masih berwarna kekuningan. Lampu dengan kaca kuning cenderung cocok untuk kondisi hujan, kabut, dan wilayah yang dikelilingi pepohonan, seperti daerah puncak. Namun demikian masih sedikit kalah dibandingkan dengan lampu berkaca bening yang lebih bersahabat di dua kondisi cuaca, terlebih dalam kondisi kering. Tapi yang menjadi perhatian saya adalah tidak semua lampu memiliki titik fokus yang sama seperti standard. Sebagai contoh lampu AutoVision untuk lampu dekat, titik fokus lebih menyebar dibanding lampu standard, karena memiliki bentuk filamen yang berbeda dengan standar. Lampu ini lebih mirip lampu H4 yang sering digunakan pada mobil. Kekurangan lain yang saya tangkap adalah jarak fokus lampu dekat dan jauh pada kebanyakan lampu hampir tidak berbeda jauh (kurang lebih hanya sekitar 2-3 meter), ya menurut pendapat saya harusnya jarak antara lampu dekat dan lampu jauh itu harus lebih dari itu, karena fungsinya sudah jelas berbeda.

Demikian pengalaman saya mengenai lampu2 yang pernah saya gunakan, sebenarnya masih ada beberapa merek lampu lagi, seperti lampu merek Sparkle dan Wurth yang ingin saya coba, karena menurut informasi yang saya terima, kedua merek tsb diisi gas xenon yang konon bisa 60% lebih terang dibanding lampu standar. Tapi sayangnya kedua lampu tersebut belum sempat saya coba. Saya menyadari bahwa test-test yang saya lakukan tersebut hasilnya masih jauh dari sempurna dan bersifat relatif. Ini semua tidak luput dari keterbatasan saya sebagai manusia baik dari segi pengetahuan, peralatan maupun finansial. Saya harap Bro bisa bisa menyempurnakannya sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para biker lain yang ingin mengganti lampu tunggangan mereka tanpa mengurangi nilai menyamanan, keamanan, dan keselamatan para bikers Indonesia.
Tips motor kencang tapi hemat

Iseng iseng berhadiah nih bos, ada info biar motor kenceng tapi tetep hemat. pascok buat yang kena kanker (kantong kering )


TIPS MOTOR KENCANG TAPI HEMAT

Membaca judul di atas rasanya tidak mungkin terjadi karena bertolak belakang adanya. Tetapi di kenyataannya hal tersebut terjadi. Nah agar anda tidak penasaran maka berikut tips-tipsnya.

Seperti biasa yang jadi kelinci percobaan adalah motor kesayangan yaitu Honda CS1. Maklumlah bos, motornya hanya itu doang, Tidak seperti sebuah tabloid otomotif terkemuka yang bisa mempraktekan untuk beberapa macam merk/brand terkenal yang lainnya. Tapi dari hasil tersebut mungkin kalau dianalogikan dengan motor anda bisa jadi atau mungkin saja hasilnya mirip atau mungkin lebih baik lagi.

Motor sesuai pabrikan dengan spesifikan kompresi 10.7 :1 diisi pertamax. Mengapa pertamax kok bukan premium biasa ? Anda tentunya tahu bahwa dengan kompresi yang begitu tinggi maka minimal dia harus menenggak pertamax atau kalau mau bagus lagi pertamax plus. Konsumsi BBM adalah rata-rata 40 Km/Liter pertamax dengan bobot pengendara 54 Kg. Jadi bagaimana jika berat badan lebih besar ? Sudah barang tentu lebih kecil hasilnya. Dari forum HCST ada seorang brother dengan bobot 78 Kg, menggunakan pertamax plus didapat konsumsi BBM 38 Km/Liter. Nah dari sana bisa menjadi bukti bahwa berat badan pengendara berbanding terbalik dengan konsumsi BBM-nya. Semua metode pengukuran BBM seperti postingan pernah diulas dahulu.

OK, kita mulai tips pertama,

• Pergunakan Olie Encer, Penggunaan olie encer standar AHM brand Federal Prime Red 1 Liter. Didapat penghematan 10%, tepatnya dari yang standarnya 40Km/Liter melonjak jadi 45Km/Liter. Hanya saja ada efek sampingnya, mesin motor jadi cepat panas dan setelah jalan sejauh 600Km suara mesin terdengar kasar. Akhirnya diganti olie Motul 20W50 sekalian diisi nano energizer ke motor.

• Pergunakan CDI aftermarket. Dari berbagai komparasi CDI aftermarket disebutkan penghematan BBM yang lumayan signifikan. Akhirnya pilihan jatuh ke produk BRT dengan alasan penghematan hingga 20% di paking barangnya dalam kondisi setelah olie di motor berjalan 200Km. Selain itu alasan yang lain karena kualitas yang bagus dan sudah terbukti di ajang balap road race. Alasan yang lain adalah menggunakan standar koil dari pabrikan, sehingga lebih hemat biaya. Setelah terpasang, didapat rata-rata konsumsi BBM menjadi 51 Km/Liter. Dengan perincian pertama 3.01L = 159 Km dan kedua 2.18L = 110 Km. Total konsumsi BBM = 269 Km : 5.19Liter = 51,8 Km/Liter.

• Pergunakan busi Iridium, Engine Reconditioner & Booster Accu. Tahap selanjutnya berdasarkan data seorang brother di HCST dengan menggunakan busi iridium dalam kondisi touring luar kota di dapatkan konsumsi BBM 60Km/Liter. Ternyata spidometer sudah menunjukan lebih besar dari 5000Km. Nah saatnya mencoba busi iridium di motor kesayangan. Setelah puyeng mencari itu busi di Cibubur nggak ada, langsung tancap gas ke Otista di toko langganan. Setelah ditebus 90 Ribu sebuah, terpasanglah sang busi baru plus ditambah sebuah capacitor sebesar 10.000 mikro Farad. Setelah dicoba beberapa hari akhirnya didapat rata-rata konsumsi BBM adalah 64 Km/Liter. Hasil yang cukup mencengangkan. Tapi itulah kenyataannya dalam kondisi oli mesin masih baru. Perinciannya adalah berikut : Pengisian pertama 3.06 L = 194 Km, Pengisian kedua 3.2L = 201 Km dan Pengisian ketiga 2.6 L = 173 Km. Total Konsumsi BBM = 568 Km/8.86Liter = 64 Km/Liter. Dengan catatan motor berjalan di kecepatan maksimum 75KPJ dan selalu pindah gigi di RPM 4500~5500. Hasil yang cukup mencengangkan untuk ukuran route dalam kota antara Jakarta-Cikarang via Kalimalang. Di akhir pengisian BBM yang ketiga pernah dicoba digeber pada kecepatan > 80KPJ motor sering terasa brebet, kemungkinan campuran bensin yang memang diseting kering atau miskin.

• Rutin check mesin anda ke bengkel dan optimalkan system pengapian pada level busi Merah bata/Coklat. Akhirnya motor dibawa ke bengkel untuk servise rutin per 2000Km, dan setting dirubah menjadi lebih kaya dengan tujuan putaran atas agar tidak brebet/endut-endutan. Akhirnya konsumsi bbm turun lagi ke kisaran 50~54Km/Liternya.

Analisa Break Even Point :
Harga CDI Neo Dualband : Rp. 440.000,-
Denso Iridium IU24 : Rp. 90.000,-
Capacitor : Rp, 23.000,-
Nano Energizer : Rp. 70.000,-
Total : Rp. 623.000,-

Biaya Km/Liter (Sebelum) = 5500/40 = Rp. 137.5/Km
Biaya Km/Liter (Sesudah) = 5500/50 = Rp. 110/Km

Penghematan = 137.5 – 110 = Rp. 27,5/Km
Rata-rata Jalan perhari = 40 Km
Penghematan perhari = 40 x 27.5 = Rp. 1.100,-
BEP = 623.000 : 1.100 = 566.36 Hari atau kira-kira 2 tahun.


credits to : http://ekojuwono.wordpress.com/2009/06/30/tips-motor-hemat-dan-kencang/
MBS86 is offline   Reply With Quote

Selasa, 09 Oktober 2012

Custom Sok Belakang, Ganjal Dengan Teflon

Modifikasi chopper atau brat style biasanya ngejar tampilan sepatbor belakang serapat mungkin dengan bibir ban. Kalau model sasis rigid no problemo, lantaran rangka belakang memang sudah dibikin tanpa sok. Sudah paten enggak bakalan sepatbor bersentuhan dengan ban

Masalahnya bila rangka masih menganut lengan ayun. Ada sok belakang yang menopang rangka bagian atas. Kalau dipasang  terlalu rapat, jarak ban dan sepatbor bisa saling bersentuhan, bibir ban jadi koyak.

Nah, biar ban dan sepatbor enggak saling cium harus disiasati. “Sok belakang aplikasi yang lebih pendek dan bagian dalamnya wajib diganjel!” ujar Eko Luriyanto dari bengkel Awiwiw Custom di Bintaro, Jakarta Selatan.

Caranya mudah, pilih sok belakang yang lebih pendek. “Bisa aplikasi bawaan motor bebek macam Yamaha F1ZR, Vega, atau Jupiter Z yang. Bisa orisinal atau produk variasi,” ujar Eko yang menambahkan sok ini panjangnya jarak hanya 27 cm.

Setelah itu tinggal atur jarak main soknya biar enggak terlalu dalam. Cukup diganjal teflon yang diselipkan pada tabung bagian dalam. “Bahan teflon dibubut seperti silinder yang bagian tengahnya berlubang,”
saran Eko.

Untuk dimensi teflon ini disesuaikan soknya. Intinya jarak main sok hanya disisakan 2-3 cm. “Setelah itu urai lebih dahulu sokbreker, baru bahan teflon ini bisa dipasang sebagai pengganjal,” tutup Eko. (motorplus-online.com) 
Penulis : Belo | Teks Editor : KR15 | Foto : Boyo

Trik Lepas Laher Roda, Asli Gampang Bro!

Saat membongkar laher roda banyak mekanik kerap dibikin jengkel. Kesal karena susah membuka laher dari teromol. Apalagi kalau lahernya sudah berkarat dan rusak. Memang tak segampang yang dibayangkan.

Paling susah dilepas ketika laher roda sudah berantakan. Antara cincin dalam dan luar laher sudah lepas. Pelor atau pelurunya pun berceceran. Mekanik kebanyakan ambil jalan pintas dengan cara dipanaskan pakai las.

Bagi Bambang Irawan yang punya bengkel modifikasi Rizky Wijaya Modification (RWM) itu bukan masalah sulit.

“Banyak konsumen saya yang datang ke bengkel minta copotin laher roda karena sudah habis akal. Padahal triknya sederhana dan enggak perlu dilas segala kok,” kata Bambang.

Setelah mendapati laher roda yang susah dicopot, dia hanya main ketok saja pakai kunci T dan palu. Tapi, tidak asal main ketok tentunya. Awalnya Bambang memecahkan bagian bearing dan mengeluarkan terlebih dahulu bola kecil atau pelor yang ada di cincin lahernya.

Setelah berhasil mengeluarkan semua pelor, masukkan kembali pelor tersebut sekitar 4 atau 5 buah. “Posisikan semua pelor tersebut terbagi sama semua jaraknya antar kedua sisinya,” bilang Bambang.

Tapi, jika lahernya sudah berkarat, agar lebih licin lumasi terlebih dahulu laher dan pelornya secara merata dengan gemuk. Biar diketoknya juga lebih gampang memposisikan semua pelornya dengan pas.

Setelah semuanya dilumasi gemuk tinggal diketok hati-hati. Posisi pelek tinggal dibalik dan diketok dengan menggunakan kunci T dan palu dari arah berlawanan. Laher roda berikut cincinnya juga langsung copot.

Tokcer! (motorplus-online.com)
Penulis : Ismet | Teks Editor : KR15 | Foto : Ismet

Ford dan GM Raih Teknologi Baru Terbaik 

Penulis: Agung Kurniawan | Senin, 08 Oktober 2012 | 15:39 WIB
Share: Sumber : Autoblog  Author : -

(kiri) Mesin 1.0 liter Ecoboost milik Ford dan sistem keselamatan mengemudi dari GM.

California, KompasOtomotif - Ford Motor Company dan General Motors berhasil dinobatkan sebagai merek dengan teknologi baru terbaik tahun ini oleh Popular Mechanics, salah satu majalah teknologi tertua di Amerika Serikat.
Mesin 1.0-liter Ecoboost milik Ford meraih predikat terbaik karena menghasillan tenaga melalui turbocharger sehingga konsumsi bahan bakarnya tetap irit. Kendati sudah berusia lebih dari 100 tahun, namun tidak banyak perusahaan yang mengembangkan dengan hasil seperti Ford.
"Kami menetapkan batas tinggi ketika mendesain mesin ini. Kami mau menyajikan konsumsi bahan bakar yang membuat orang menjadi tertarik, termasuk kinerja dan suara mesin tinggi silinder yang halus," beber Joe Bakaj, Vice President Global Powertrain Ford yangdilansir autoblog.com (7/10/2012).
GM
GM juga berhasil meraih predikat untuk teknologi keselamatan berkendara yang disebut "GM Crash Avoidance System". Sistem ini pertama kali disematkan pada GMC Terrain. Sistem bekerja dengan memanfaatkan kamera yang dipasang pada spion tengah. Melalui kamera ini, sistem menangkap dan memastikan laju mobil sesuai dengan garis jalan dan mendeteksi kendaraan yang bisa tiba-tiba muncul di depan.
Teknologi tersebut memang bukan yang pertama di dunia otomotif dan sudah digunakan oleh merek lain. Popular Mechanics menilai, kelebihan GM, teknologinya praktis plus harga yang terjangkau untuk sebuah sistem keselamatan canggih.
sumber:kompasotomotif

Nih, Senjata Baru Yamaha untuk Moge

 Penulis: Agung Kurniawan | Rabu, 03 Oktober 2012 | 16:39 WIB

Cologne, KompasOtomotif - Yamaha mengumumkan tengah mengembangkan mesin baru tiga silinder menggunakan crossplane crankshaft (kruk as aau poros engkol menyilang) seperti yang digunakan oleh Jorge Lorenzo, YZR-M1 di ajang MotoGP dan YZF-R1 di ajang superbike. Merek garputala mengaku mesin ini menjadi kunci masa depan perusahaan di dunia industri sepeda motor masa mendatang.
Mesin ini dipamerkan di pameran industri sepeda motor di Cologne, Jerman yang masih berlangsung saat ini. Presentasinya unik, seperti mesin yang tertanam pada sepeda motor bergaya sport dengan bodi transparan. Motor itu juga dilengkapi dengan dua ban lebar ukuran 17 inchi, garpu depan dari USD dan kaliper rem radial.
Bagian kopling dan tutup generatornya menggunakan punya R1. Disamping unit pamer, juga ada mesin R1 lawas 4-silinder, diletakkan untuk membandingkan dengan mesin baru yang sudah 3-silinder.
Dengan mesin baru ini, Yamaha sepertinya mau membidik kesuksesan yang berhasil ditorehkan Triumph Daytona 675m Street Triple, MV Agusta F3, Brutale F3 yang juga punya mesin 3-silinder.
Meski belum ada informasi resmi dari Yamaha, kemungkinan besar motor ini dibekali mesin 750 cc. Cukup masuk akal mengingat penjelasan Yamaha, mesin baru ini dikembangkan dari platform R1. Meski belum memilih nama, tapi motor baru Yamaha ini akan mengisi segmen yang kosong di antara R6 dan R1.

sumber:kompasotomotif